Usia 9-14 Tahun Berdasarkan Survei, Begini Cara Jaga Kesehatan Mental Remaja: Okezone Edukasi

Usia 9-14 Tahun Berdasarkan Survei, Begini Cara Jaga Kesehatan Mental Remaja: Okezone Edukasi

JAKARTA – Remaja saat ini rentan menjadi pelaku atau korban intimidasi (penindasan). Kondisi ini erat kaitannya dengan kesehatan mental.

Permasalahan kekerasan masih menjadi momok dalam dunia pendidikan di Indonesia. Pengalaman kekerasan yang dialami siswa, termasuk intimidasi, diskriminasi, kekerasan seksual, dan perundungan, dapat berkontribusi terhadap buruknya kesehatan mental siswa.

BACA JUGA:

Petugas Perlindungan Anak UNICEF Indonesia, Asep Zulhijar mengungkapkan, remaja usia 9-14 tahun akan mengalami perubahan psikologis dan biologis, seperti kecenderungan yang sangat tinggi untuk bereksplorasi dan selalu ingin mengambil risiko. Oleh karena itu, di usia ini, menurut Asep, remaja harus diberikan ilmu dan alat untuk mengelola emosinya dan mengarahkannya ke arah hal-hal positif.

“Cara kerja otak saat itu sangat rentan karena dipengaruhi oleh hormon dan sebagainya. Namun di sisi lain, masa-masa tersebut dapat kita manfaatkan untuk bertumbuh secara optimal baik secara fisik maupun mental. Yang terpenting hidup harus seimbang, kita harus melihat seberapa baik kita satu sama lain dan seberapa baik kita mengenal satu sama lain, ujarnya dalam keterangan resmi Kemendikbud kepada Okezone, Senin. (6/11/2023).

Fakta menunjukkan bahwa hubungan antara kesehatan mental siswa dan kekerasan di sekolah dari hari ke hari cukup meresahkan. Hasil Survei Kesehatan Jiwa Remaja Nasional Indonesia tahun 2022 menunjukkan bahwa 1 dari 3 remaja usia 10-17 tahun di Indonesia mengalami gangguan kesehatan jiwa.

BACA JUGA:

Oleh karena itu, dalam rangka Hari Internasional Menentang Bullying dan Kekerasan di Sekolah yang jatuh pada tanggal 3 November, Pusat Penguatan Karakter (Puspeka), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) bekerja sama dengan UNICEF Indonesia untuk menyelenggarakan webinar tentang kesehatan. dan Lokakarya Mentalitas Bebas Bullying. Kepala Puspek Rusprita Putri Utami mengatakan, webinar dan workshop ini sejalan dengan tema Hari Internasional Menentang Bullying dan Kekerasan di Sekolah tahun ini, yaitu Sekolah Aman: Mengakhiri Kekerasan di Sekolah untuk Kesehatan Mental dan Pembelajaran yang Lebih Baik.

READ  10 alasan mengapa mobil Anda tidak mau hidup meskipun Anda tidak kehabisan bensin

“Tentu saja dengan menurunnya kondisi mental, pembelajaran menjadi tidak nyaman dan sekolah menjadi tempat yang kurang aman dan nyaman bagi seluruh warga sekolah. Untuk itu, sangat penting bagi warga sekolah khususnya siswa untuk memiliki pengetahuan dan kemampuan mengelola emosi guna menjaga kesehatan mentalnya sendiri, kata Ruspita.

Ikuti berita Okezone berita Google


Senada, psikolog anak Grace Eugenia Sameve menjelaskan bahwa kondisi kesehatan mental yang baik sebenarnya adalah ketika seseorang mampu memanfaatkan potensi yang dimilikinya secara maksimal. Bukan berarti kesehatan mental yang baik adalah ketika seseorang tidak pernah mengalami stres, sebaliknya kesehatan mental yang baik adalah ketika seseorang mampu menghadapi stres yang dialaminya.

BACA JUGA:

“Kita tahu bahwa bullying dapat menjadi salah satu faktor ketika seseorang mengalami stres atau kondisi yang tidak optimal sehingga dapat menurunkan kesehatan mentalnya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. “Apa pun jenis perundungannya, tidak ada alasan untuk melakukan perundungan, jadi bagi kami lebih baik mencegah perundungan daripada mengobatinya,” kata Grace.

Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *